Saturday, October 26, 2019

Nikmat Yang Menjadi Musibah


Setiap nikmat yang Allah beri patut disyukuri, meskipun nikmat tersebut remeh. Mensyukuri nikmat adalah dengan terus mendekatkan diri kepada Allah dengan nikmat tersebut, juga menjauhi setiap maksiat. Jika malah dengan nikmat semakin membuat jauh dari Allah, itu bukanlah jadi nikmat melainkan musibah.

Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Katsir رحمة الله تعالى berkata, Abu Hazim رحمة الله تعالى mengatakan,

“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, itu hanyalah musibah.” [1]


Al-Imam Hasan Al-Bashri رحمة الله تعالى berkata,

إِنَّ اللهَ لَيُمَتِّعُ بِالنِّعْمَةِ مَا شَاءَ فَإِذَا لَمْ يُشْكَرْ عَلَيْهَا قَلَبَهَا عَذَابًا

“Sesungguhnya Allah memberikan nikmat pada siapa saja yang Dia kehendaki. Jika seseorang tidak bersyukur, nikmat tersebut malah berubah menjadi azab.” [2]


Hakikat syukur nikmat adalah menjauhi maksiat.

Makhlad bin Al Husain رحمة الله تعالى mengatakan,

الشُكْرُ تَرْكُ المعَاصِي

“Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.” [3]

Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: (1) mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), (2) membicarakan nikmat tersebut secara zhahir (dalam lisan), dan (3) menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diredhai Allah (dengan anggota badan).

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba Allah yang pandai bersyukur zahir dan bathin atas segala nikmat yang dikurniakan-Nya... Aamiin...


[1] Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82 dan ‘Iddatush Shobirin, hal. 159.

[2] ’Uddatush Shobirin, hal. 148.

[3] ‘Uddatush Shobirin, hal. 159.


No comments:

Post a Comment