Tuesday, July 8, 2014

MENGENAL THARIQAT DALAM ISLAM

Pengertian Thariqat

Thariqat menurut bahasa artinya jalan (way), cara (methode), suatu sistem kepercayaan (system of belief), garis, kedudukan, dan agama.

Adapun Thariqat menurut istilah ulama' Tasawwuf di antaranya sebagai berikut :

1. Thariqat adalah suatu jalan untuk menuju kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Feqah, dan Tasawwuf.


2. Thariqat adalah cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai sesuatu tujuan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas baik menurut bahasa ataupun menurut istilah ulama' Sufi, maka jelaslah bahwa thariqat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Feqah dan Tasawwuf.

Atau thariqat ialah suatu sistem (metode) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan adanya Tuhan, dalam keadaan mana seseorang dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya (ainul bashirah). Sebagaimana pertanyaan Sayyidina Ali bin Abi Thalib كرم الله وجهه kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم : “Manakah thariqat yang sedekat-dekatnya mencapai Tuhan?" Dijawab oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم : Tidak lain daripada dzikir kepada Allah (dzikrullah).”

Oleh kerana thariqat adalah merupakan jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka di dalam thariqat sebenarnya berisikan tentang riyadhah-riyadhah atau amalan-amalan yang harus dikerjakan dan bukan berisikan tentang ajaran yang mengkaji secara falsafi tentang tasawwuf. Namun demikian suatu thariqat yang diakui sah oleh ulama harus mempunyai lima dasar ; pertama, menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai perintah Tuhan; kedua, mendampingi guru dan teman sethariqat untuk meneladani; ketiga, meninggalkan rukhsah dan ta’wil untuk kesungguhan; keempat, mengisi waktu-waktu dengan do’a dan wirid; dan kelima, mengekang hawa nafsu daripada berniat salah dan untuk keselamatan. Begitulah yang dijelaskan oleh Prof. H.Aboe Bakar Aceh dalam kitabnya yang berjudul “Pengantar Ilmu Thariqat”. Selain itu tentunya suatu thariqat harus berpandu kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, atau dengan kata lain harus tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Kemudian suatu thariqat dikatakan muktabarah maka thariqat tersebut harus memiliki silsilah (pertalian rohani) yang sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, selanjutnya memiliki seorang mursyid (syeikh).


Landasan Al-Qur’an dan Hadits Tentang Thariqat

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah ayat 35).


Sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم : “Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” (H.R. Muslim).

Berkata al-Muhaddits Syeikh Muhammad Siddiq Al-Ghumari رحمة الله تعالى : “Sesungguhnya Ihsan sebagaimana dalam hadits tersebut adalah ibarat dari tiga rukun yang disebutkan. Barangsiapa tidak menyempurnakan rukun Ihsan yang mana ia merupakan thariqat (jalan) maka tanpa ragu-ragu lagi bahwa agamanya tidak sempurna karena dia meninggalkan satu rukun dari rukun-rukunnya. Tujuan atau puncak yang diajarkan dan diisyaratkan oleh thariqat ialah maqam Ihsan setelah Islam dan Iman sempurna.” (Kitab : Intishar Li Thariqi as-Sufiyyah).

Berkata Syeikh al-Islam Zakaria al-Ansari رحمة الله تعالى : "Tasawwuf ialah suatu ilmu yang diketahui dengannya keadaan penyucian jiwa dan pembersihan akhlak serta memujahadahkan lahir dan batin bertujuan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi." (Kitab : Ala Hamisy Risalah al-Qusyairi).

Berkata Imam Junaid al-Baghdadi رحمة الله تعالى : "Tasawwuf ialah menggunakan semua akhlak ketinggian yang terpuji dan meninggalkan semua tingkah laku yang rendah lagi keji." (Kitab : Nusrah al-Nabawiyyah).

Ulama'-ulama' muktabar Islam juga turut mengakui kebenaran thariqat tasawwuf ini dan ada di antara mereka merupakan pengamal thariqat di antaranya Imam Hanafi رحمة الله تعالى (Silakan rujuk kitab ad-Dur al-Mukhtar). Ini merupakan bukti yang kukuh lagi kuat untuk menyatakan bahawa thariqat adalah dibenar dan diwajibkan serta bertepatan dengan Islam. Mana mungkin para ulama' muktabar yang begitu memahami dan mendalami Islam mengamalkan thariqat tasawwuf jika ia sesuatu yang sesat dan bid’ah.

Berkata Imam Syafi'i رحمة الله تعالى : "Disukai bagiku dari pada duniamu tiga perkara : Meninggalkan perkara yang membebankan diri, dan bergaul sesama makhluk dengan lemah lembut, serta mengikuti jalan ahli tasawwuf." (Kitab : Kasfu al-Khafa Wa Mazilu al-Albas).

Adapun ahli tasawwuf yang sebenarnya tidaklah terlepas dari melaksanakan syariat Islam bahkan merekalah golongan yang selalu memperbanyak lagi amalan-amalan baik dengan berlipat-lipat kali ganda. Ini kerana tasawwuf dan thariqat itu sendiri terikat dengan al-Quran al-Karim dan al-Hadis صلى الله عليه وسلم sepertimana yang diterangkan oleh Imam Junaid al-Baghdadi رحمة الله تعالى : "Mazhab kami terikat dengan dasar al-Quran al-Karim dan as-Sunnah صلى الله عليه وسلم ." (Kitab : al-Tabaqat as-Sufiyyah).

Bagi pengamal thariqat tasawwuf Islam yang telah lama mahupun kepada yang baru berkenalan dengan thariqat, mungkin kata-kata dari Syeikh Abdul Qadir al-Jailani رضى الله عنه ini boleh dijadikan pedoman serta panduan : "Sesungguhnya meninggalkan ibadah fardhu adalah zindiq, melakukan yang haram atau yang dicegah adalah maksiat. Perkara fardhu tidak akan gugur daripada seseorang individu walau dalam apa jua keadaan sekalipun." (Kitab : al-Fathu ar-Rabbani). Jadi berdasar Syeikh Abdul Qadir al-Jailani walaupun sudah berada pada tingkat makrifat, harus tetap mengamalkan syari’at sebagaimana Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Inti dari ajaran thariqat adalah “dzikrullah” yang kaifiat atau cara-caranya diatur oleh Mursyid dari thariqat-thariqat tersebut.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa sebuah jemaah thariqat dipimpin oleh seorang pemimpin yang sering disebut sebagai Mursyid atau Syeikh. Tidak sembarang orang bisa menjadi pemimpin jemaah thariqat, kerana sebuah thariqat adalah sebuah jalan menuju pendekatan kepada Allah yaitu jalan yang mulia dan tidak main-main. Bila diibaratkan seorang pemimpin thariqat sebagai seorang pemandu, maka dia sesungguhnya tidak hanya bertanggungjawab untuk menyelamatkan para penumpangnya dari kecelakaan di jalan raya saja, tetapi lebih berat dari itu adalah menyelamatkan para pengikutnya dari kesesatan jalan yang akan membuat sengsara kelak dikemudian hari.

Bagi seseorang yang ingin masuk dalam anggota kelompok jemaah thariqat, langkah awal yang harus ditempuh adalah mengikat dan mengikrarkan sebuah janji setia kepada Mursyidnya, janji itu disebut dengan Bai’ah/Janji Setia. Dalam kesempatan itulah sang mursyid/syeikh menyampaikan amalan-amalan, wirid-wirid atau dzikir-dzikir yang menjadi pedoman bagi murid untuk berjalan menuju Allah سبحانه وتعالی.

Secara khusus, aliran-aliran thariqat, sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, yang intinya adalah sebagai berikut :

1. Dengan mengamalkan thariqat berarti mengadakan latihan jiwa (riyadhah) dan berjuang melawan hawa nafsu (mujahadah), membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan diisi dengan sifat-sifat terpuji dengan melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai seginya.


2. Selalu dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah, Zat Yang Maha Besar dan Kuasa atas segalanya dengan melalui jalan wirid dan dzikir diiringi dengan muraqabah yang secara terus menerus dikerjakan.

3. Dari sini timbul perasaan takut kepada Allah sehingga timbul pula dalam diri seseorang itu suatu usaha untuk menghindarkan diri dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa dengan Allah.

4. Jika semua itu dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan kepada Allah, maka tidak mustahil akan dapat dicapai suatu tingkat alam ma’rifat, sehingga dapat pula diketahui segala rahasia dibalik tabir Cahaya Allah dan Rasul-Nya secara terang benderang.

5. Akhirnya dapat diperoleh apa yang sebenarnya menjadi tujuan hidup ini.


Rukun, Ajaran, Prinsip Dan Hasil Thariqat

Di dalam kitab yang berjudul "Awarif al-Ma’arif" karya Syeikh Syihabuddin Umar Suhrawardi رحمة الله تعالى dijelaskan bahwa thariqat mempunyai berbagai rukun, ajaran, prinsip dan hasil, di antaranya :

1) Rukun-rukun thariqat adalah : Taubat, Kepasrahan (taslim), Kesetiaan pada thariqat (diyaanat), Kerendahan hati dan Ketundukan jasmani (khusyu’ wa khudhu’), Keredhoan (redho), Kemenyendirian (khalwat).
2) Ajaran-ajaran thariqat adalah : Ilmu (‘ilm), Kedermawanan (sakhaawat), Kedekatan kepada Allah (qurb), Agama (addiin), Meditasi atau renungan (tafakkur), Ketawakkallan kepada Allah (tawakkal).


3) Prinsip-prinsip thariqat adalah : Kebajikan (ihsan), Mengingat Allah (dzikr), Meninggalkan kemaksiatan (tark ma’ashi), Meninggalkan dunia (tark dun-ya), Takut kepada Allah (khaufullah), Cinta kepada Allah (hubbullah).
4) Hasil–hasil thariqat adalah : Pengetahuan Ilahi (ma’rifah), Kelembutan hati (hilm), Kesabaran (shabr), Ketaatan (tha’ah), Tata krama (adab), Ketulusan (shauq).