Saturday, January 29, 2022

PESANAN BAGI ULAMA'

Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad رحمة الله تعالى telah berkata di dalam kitab Hikamnya,

"Seorang ulama' yang mengenal Allah سبحانه وتعالى dengan baik, maka sebaiknya ia berbicara kepada orang-orang yang beriman mengenai tiga perkara :

1. Mengingatkan segala kurnia (pemberian) Allah سبحانه وتعالى kepada mereka.

2. Memerintahkan mereka untuk sentiasa berbuat taat kepada Allah سبحانه وتعالى.

3. Memerintahkan mereka agar menjauhi semua perbuatan maksiat.
Apabila setiap ulama' ketika berbicara dengan masyarakat umum tidak berbicara tentang apa yang terdapat di dalam tiga perkara tersebut, maka sungguh ia telah menyesatkan para pendengarnya (umat)."


Saturday, January 15, 2022

ADAB YANG LEBIH MENDEKATKAN KEPADA ALLAH

Diriwayatkan ketika Ibnu Sirin رحمة الله تعالى ditanya,

"Adab mana yang lebih mendekatkan kepada Allah سبحانه وتعالى"

Dia menjawab,

"Ma’rifat mengenal Ketuhanan-Nya, beramal kerana patuh kepada-Nya, dan bersyukur kepada-Nya atas kesejahteraan dari-Nya, serta bersabar dalam menjalani penderitaan."


AIB YANG BESAR

"Tiada aib yang lebih besar daripada seseorang yang menganggap dirinya bersih dari segala dosa dan kesalahan."

[ Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali رحمة الله تعالى ]


ISTIREHAT YANG SEBENAR

Imam Ahmad bin Hanbal رحمة الله تعالى pernah ditanya seseorang :

"Wahai Imam, bilakah waktu istirehat itu?"

Beliau lalu menjawab : "(Istirehat yang sesungguhnya ialah) pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu ke dalam Syurga."


𝗛𝗔𝗕𝗟𝗨 𝗠𝗜𝗡𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛, 𝗛𝗔𝗕𝗟𝗨 𝗠𝗜𝗡𝗔𝗡𝗡𝗔𝗦

Hakikat beradab dan berakhlak itu dua. Satu berakhlak dengan Allah سبحانه وتعالى dan satu berakhlak dengan makhluk.

Ada orang akhlaknya dengan Allah سبحانه وتعالى baik, adabnya bagus tetapi dengan manusia dia mengumpat orang, berdusta dan lainnya. Dengan Allah سبحانه وتعالى dia rajin beribadah, membaca Al-Quran 3 hari sekali khatam, tetapi hatinya dengki pada orang.

Itu tidak lagi dianggap berakhlak baik, kerana maksud daripada akhlak yang baik itu, baik kepada Allah سبحانه وتعالى dan baik kepada manusia.

Hakikat seorang yang berakhlak itu, adalah berakhlak kepada Allah سبحانه وتعالى dan juga berakhlak kepada makhluk.

[ Syeikh Ahmad Fahmi Zamzam AlBanjari AnNadwi AlMaliki حفظه الله ]


MEMANDANG GURU

As-Sayyid al-'Allamah Syihabuddin al-Akbar Ahmad bin Abdurrahman bin Asy-Syeikh Ali As-Sakran Ba'alawi رحمة الله تعالى mengatakan ;

"Barang siapa yang memandang guru-gurunya dengan pandangan 'Ishmah (mustahil bersalah seperti para Nabi), maka ia terhalang dari keberkahan mereka.

Dan barangsiapa yang yang memandang mereka dengan pandangan Ta'dzhim (penghormatan dan pengagungan), maka ia akan diberikan keberkahan mereka dan diikutkan (dikumpulkan) dengan mereka meskipun amal mereka belum seperti amal mereka."

[ Kitab - Masyro'urrowi, 2/140 ] 


Friday, January 14, 2022

Aku malu kepada Allah...

Suatu hari, Saidina Umar bin Ubaidulllah melalui sebuah kebun. Tiba-tiba, beliau terlihat seorang lelaki berkulit hitam sedang makan.
Ada seekor anjing duduk dihadapan lelaki itu. Setiap kali dia menyuap sepotong makanan ke mulutnya, dia melemparkan sepotong makanan kepada anjing tersebut.

Umar berasa sangat takjub. Beliau bertanya kepadanya,

"Adakah anjing ini kepunyaan kamu?"

Jawab lelaki itu,

"Bukan."

Ditanya kembali oleh Umar,

"Jadi, mengapa engkau memberinya makanan?"

Dia menjawab,

"Aku malu jika seekor makhluk Allah memandangku apabila aku sedang makan, namun aku tidak memberinya makanan."

Umar bertanya lagi,

"Kamu hamba atau merdeka?"

Lelaki itu menjawab,

"Hamba milik seorang Bani Asim."

Umar pergi menemui pemilik hamba tersebut. Beliau membeli hamba itu beserta kebun tempatnya bekerja. Beliau kembali menemui lelaki tersebut dan berkata,

"Allah telah memerdekakan dirimu. Dan memberikan kebun ini untukmu."

Lelaki itu berkata,

"Segala puji bagi Allah. Saya bersaksi bahawa kebun ini saya wakafkan kepada orang fakir yang ada di negeri ini."

Umar sangat terkejut. Beliau tidak menyangka tindakan lelaki itu menyedekahkan kebun tersebut.

Beliau bertanya,

"Mengapa engkau mewakafkan kebun ini? Bukankah engkau juga miskin dan memerlukan harta?"

Dia berkata,

"Aku malu kepada Allah yang telah bermurah hati kepadaku, kemudian aku kedekut pula kepada-NYA "

"Selama hidup di dunia ini, yang terbaik itu adalah menyelamatkan hati dari berburuk sangka terhadap makhluk yang lain."


CEMAS TERHADAP REZEKI PETANDA RUSAKNYA HATI

Nasehat Quthb Al-Irsyad wal Bilad Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad رضى الله عنه :

"Wahai para murid, jadilah engkau seseorang yang berprasangka baik terhadap Tuhanmu, bahwa Dia akan melindungi, mencukupi, menjaga, memelihara dan tidak akan meninggalkan dirimu sendiri atau meninggalkanmu pada salah satu makhluk-Nya. Sesungguhnya Allah yang Maha Suci telah memberi tahu bahwa Dia bersama prasangka hamba terhadap-Nya. Oleh karena itu, keluarkan dari dalam hatimu rasa takut akan kemiskinan atau butuh terhadap manusia.

Hati-hatilah kamu dari perasaan cemas terhadap masalah rezeki. Jadilah orang yang percaya pada janji Tuhanmu dan jaminan-Nya bagimu, ketika Allah سبحانه وتعالی berfirman, “Dan tidak ada satu makhluk melata pun di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezeki.” ( Q.S Hud [11]: 6 )
Kamu termasuk makhluk melata maka sibukkanlah dirimu dengan permintaan-Nya, yaitu amal-amalmu untuk-Nya.

Adapun sesuatu yang telah dijamin oleh-Nya, yaitu rezeki maka sekali-sekali Tuhan tidak akan melupakanmu dalam masalah ini. Dia telah memberi tahumu bahwa sesungguhnya rezeki ada di sisi-Nya dengan beribadah kepada-Nya. Allah 
سبحانه وتعالی berfirman, “Maka mintalah rezeki dari sisi Allah, dan sembahlah Dia serta bersyukurlah kepada-Nya,” ( QS. Al-Ankabut [29]:17 ).

Apakah kamu tidak melihat bahwa Dia yang Maha Suci memberi rezeki kepada orang-orang kafir yang menyembah selain-Nya? Apakah menurut pendapatmu Dia tidak akan memberi rezeki-Nya kepada orang-orang yang beriman yang tidak menyembah selain Dia? Dia memberi rezeki kepada orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya dan melanggar perintah-perintah-Nya. Apakah Dia tidak akan memberi rezeki kepada orang-orang yang taat kepada-Nya, memperbanyak dzikir, dan bersyukur kepada-Nya?

Ketahuilah, sesungguhnya tidak menjadi masalah jika kamu bergerak mencari rezeki selama melakukannya dengan cara yang dibolehkan oleh syari’at Islam. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah jika hati tidak dapat tenang, fikiran, kesenangan dan kegelisahannya disebabkan persoalan rezeki.

Tanda-tanda rusaknya hati seseorang adalah jika ia mencemaskan kebutuhannya pada masa yang belum terjadi, seperti hari dan bulan yang akan datang. Dan juga ucapannya, “Jika ini habis, apakah mungkin datang selain ini? Jika rezeki tidak datang dengan cara ini, dari mana lagi akan datang rezeki?"

Masalah melepaskan diri dari penyebab dan keterikatan dengan sebab, merupakan dua kedudukan yang diberikan oleh Allah kepada Hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Seseorang yang berada pada kedudukan lepas dari sebab-sebab maka ia harus memiliki keyakinan yang kuat, dada yang lapang dan selalu senantiasa beribadah. Adapun seseorang yang diletakkan oleh Allah pada kedudukan terikat dengan sebab-sebab maka ia harus bertakwa kepada Allah pada kehidupannya dan bersandar kepada Allah, tidak selain-Nya.

Hati-hatilah dari kesibukkan atas rezeki dan melupakan perbuatan taat kepada-Nya. Kadang-kadang muncul pada seorang murid lintasan-lintasan tentang kecemasan masalah rezeki atau sifat beramal karena menginginkan pujian makhluk dan lain-lainnya. Hal seperti itu bukanlah merupakan suatu yang hina atau berdosa bila ia membencinya dan berusaha menghilangkan dari hatinya."

Sumber Kitab : Adab Suluk al-Murid karya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad

اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم وبَارِك عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، الفاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، والخاتِم لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الحقِّ بَالحَقِّ، والهادي إلى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ، صلَّى اللهُ علَيهِ وآلِهِ وصحبِهِ، حَقَّ قَدْرِهِ ومِقْدَارِهِ العَظِيم.