Sunday, January 5, 2020

Kisah Seorang Syeikh Dan Anak Muridnya

Seorang Syeikh yang bijak lagi 'alim berjalan-jalan santai bersama salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman…
Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh.

Mereka berdua yakin itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sang murid melihat kepada Syeikhnya sambil berujar :

“Bagaimana kalau kita menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, kita lihat bagaimana dia merasa cemas!”

Syeikh yang 'alim dan bijak itu menjawab : 

“Anakanda, jangan kita menghibur diri dengan mengorbankan orang yang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya.

Sekarang cuba kamu memasukkan beberapa duit ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.


Sang murid sangat takjub dengan cadangan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar wang ke dalam sepatu tukang kebun itu.

Setelah itu ia bersembunyi bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun itu.

Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja.

Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia terperanjat, kerana ada sesuatu di dalamnya. Saat ia keluarkan ternyata berisi wang. Dia memeriksa sepatu yang satu lagi, ternyata juga berisi wang.

Dia melihat wang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak percaya dengan penglihatannya. Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak melihat seorang pun. Selanjutnya ia memasukkan wang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis.

Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah Ar Razzaq :

“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Rabbku. Wahai Yang Maha Tahu bahawa isteriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan. Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan isteriku dari celaka”.

Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandang langit sebagai tanda rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah. Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia ketahui.

Ketika itu Syeikh yang bijak itu memasukkan pelajaran kepada muridnya :

“Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih daripada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?” 

Sang murid menjawab :

“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru faham makna kalimat yang dulu belum aku fahami sepanjang hidupku :

“Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak daripada kamu mengambil”. 

Sang guru melanjutkan pelajarannya.
Dan sekarang ketahuilah bahawa pemberian itu bermacam-macam :

1) Memaafkan kesalahan orang di saat mampu membalasnya adalah suatu pemberian.

2) Mendoakan temanmu di belakangnya (tanpa sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian.

3) Berusaha bersangka baik dan menghilangkan berperasangka buruk darinya juga suatu pemberian.

4) Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian lagi.

Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. jadikanlah semua ini pelajaran.


No comments:

Post a Comment