Wednesday, September 18, 2019

TAWADHU'

Tawadhu’ atau rendah hati merupakan salah satu sikap terpuji sebab itu merupakan akhlak orang mukmin yang hakiki. Banyak dari kita yang berkata tentang tawadhu' akan tetapi sedikit yang bisa benar-benar melakukanya. Terkadang kita merasa sudah tawadhu', namun di situlah ternyata kita telah sombong.

Tawadhu' hanya akan benar-benar diterapkan oleh para auliya' Allah, yang mana mereka selalu merasa paling hina di depan Sang Pencipta dan juga di antara makhluk ciptaan-Nya.

Imam Abu Madyan al Ghoutsi al Andalusi قدس الله سره yang mana beliau merupakan guru dari Syeikhul Akbar Imam Muhyiddin Ibnu Arabi al Haatimi 
قدس الله سره, beliau mengatakan di salah satu bait dalam qasidahnya :

وحط رأسك واستغفر بلا سبب
وقف على قدم الإنصاف معتذرا

"Letakkanlah kepalamu dan beristighfarlah tanpa sebab, dan sadarilah (akan dosa-dosamu) dengan jujur sambil memohon ampunan (kepada-Nya)."

Qasidah ini memiliki makna yang sangat dalam, dimana diisyaratkan di dalam bait yang pertama, dengan menggunakan fi'il amr atau kata perintah, yaitu letakkanlah kepalamu!
Yang mana kepala merupakan simbol kemuliaan bagi manusia, dan di situ kita diperintahkan untuk meletakkannya, atau dalam makna lain kita diperintahkan untuk tawadhu' atau rendah hati kepada siapapun.

Sungguh tidak mudah, untuk mempraktekkan akan ini semua, kecuali bagi mereka yang telah Allah karuniai tawadhu' itu sendiri. Yaitu mereka para kekasih Allah.

Allah sangat mencintai para hamba-Nya yang benar-benar merendahkan dirinya di hadapan Sang Maha Kuasa, seperti yang tertulis dalam hadist :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ“أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ. فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ”

Hadits riwayat Abi Hurairah رضى الله عنه, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda : “Paling dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika dia bersujud. Maka perbanyaklah berdoa.”

Di dalam hadist ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sujud adalah amal yang sangat disukai oleh Allah Ta'ala, dimana di dalamnya kita merendahkan diri kita untuk bermunajat ke hadirat Allah Ta'ala. Kerana kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya adalah dengan merendahkan dirinya di hadapan Tuhannya.

Kemudian dalam bait selanjutnya dalam qasidah di atas dikatakan : "Sadarilah (akan dosa-dosamu) dengan jujur sambil memohon ampunan (kepada-Nya)." Di sini kita diperintahkan untuk selalu menyadari akan dosa-dosa yang telah kita perbuat dengan selalu memohon ampunan kepada-Nya, dan selalu menyaksikan diri kita ini sebagai pendosa walaupun kita tidak melakukanya. Maka akhlak ini sangatlah mulia apabila diterapkan dalam bermuamalah kepada semua ciptaan-Nya dengan selalu rendah hati kepada mereka dan meminta maaf apabila ada kesalahan. Lalu bagaimana apabila ini semua diterpakan kepada-Nya,?

Sungguh sangat indah, bagaimana para guru kita selalu sabar dalam membimbing dan mendidik kita untuk selalu rendah hati, kepada siapapaun yang kita jumpai dari semua makhluk ciptaan-Nya.

Imam Ibnu Athaillah As-Sakandari 
قدس الله سره dalam syarhnya terhadap Qasidah Imam Abu Madyan al Ghoutsi, beliau mengatakan :

والطريق أهلها مخفية في العالم خفاء ليلة القدر في شهر رمضان، وخفاء ساعة الجمعة في يومها، حتى يجتهد الطالب في طلبه بقدر الإمكان.

"Keberadaan para auliya Allah itu tersembunyi di alam ini, seperti tersembunyinya Lailatul Qodr di bulan Ramadhan, dan seperti tersembunyinya waktu (fadhilah) di hari Jum'at, agar para murid bersungguh-sungguh untuk mencarinya sesuai dengan kemampuanya."

Memang semua yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada.
Maulana Syeikh Muhanna dalam memahami perkataan Sidi Ibnu Athaillah ini beliau mengungkapan,:

"Kenapa kita tidak bisa melihat para wali Allah? Para Wali Allah itu ada, dan akan tetap ada, akan tetapi mereka tersembunyi. Agar kita tetap selalu berbaik sangka kepada semua makhluk ciptaaNya, dan berbaik sangka bahwa mereka semua adalah wali-Nya."

Kita bisa memahami dari ungkapan beliau di atas, yang mana beliau mengajarkan kepada kita, untuk selalu berbaik sangka kepada semua makhluk-Nya, sehingga tidak menimbulkan kesombongan dalam diri kita kepada orang lain. Dan seperti inilah para guru kita mengajarkan untuk selalu rendah hati dan berbaik sangka kepada semua hamba-Nya.

Semoga Allah selalu menjaga para guru kita, dan kita selalu mendapatkan keberkahan, dan manfaat ilmunya. Aamiin...


No comments:

Post a Comment