Monday, May 22, 2023

UJUB MENURUT IMAM BISYR AL-HAFI رحمة الله تعالى

Dalam kitab Hilyatul Auliyâ’, Imam Abu Nu’aim al-Ashbahani رحمة الله تعالى mencatat perkataan Imam Bisyr bin Haris al-Hafi رحمة الله تعالى tentang ujub. Berikut riwayatnya:

حدثنا إبراهيم بن عبد الله، ثنا محمد بن إسحاق، ثنا محمد بن المثنى، قال سمعت بشر بن الحارث يقول: "العجب أن تستكثر عملك وتستقل عمل الناس أو عمل غيرك."

Artin​​​​​ya, “Ibrahim bin Abdullah bercerita kepada kami, Muhammad bin Ishaq bercerita kepada kami, Muhammad bin al-Mutsanna bercerita, ia berkata: “Aku mendengar Bisyr bin al-Harits (al-Hafi) berkata: “Ujub adalah kau anggap banyak amalmu dan kau anggap sedikit amal manusia atau amal selainmu.” (Imam Abu Nu’aim al-Ashbahani, Hilyatul Auliyâ’ wa Thabaqâtul Ashfiyâ’, [Beirut, Darul Fikr], juz VIII, halaman 49).

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi رحمة الله تعالى (wafat 227 H) adalah wali yang tidak pernah memakai sandal (al-Hâfî). Ia dikenal dengan kecerdasannya yang luar biasa, kezuhudannya yang mantap, dan sangat menjaga lisannya. Ia berguru dan mendengar hadits dari banyak ulama, seperti Abdullah bin Mubarak رحمة الله تعالى, Ibrahim bin Sa’d Az-Zuhri رحمة الله تعالى, Hammad bin Zaid رحمة الله تعالى, al-Ma’afi bin ‘Imran al-Maushili رحمة الله تعالى, Fudhail bin ‘Iyadh رحمة الله تعالى, dan lain sebagainya. Kecerdasannya begitu terkenal sampai Imam Ibrahim bin Ishaq al-Harabi رحمة الله تعالى (wafat 285 H), seorang muhaddits dan ahli fiqih, mengatakan:

وكان في كل شعرة منه عقل، ولو قسم عقله على أهل بغداد لصاروا عقلاء وما نقص من عقله شيء

Artinya, “(Bisyr al-Hafi) di setiap rambutnya terdapat akal, dan andaikan akalnya dibagikan kepada penduduk Baghdad maka mereka akan menjadi orang-orang berakal (yang cerdas juga). Tidak ada kekurangan sesuatu pun dari akal (kecerdasan)nya.” (Imam Ibnu Katsir, al-Bidâyah wan Nihâyah fît Târîkh, [Kairo, Mathba’ah Kurdistan al-‘Ilmiyah], juz X, halaman 298).

Salah satu ucapan yang menarik adalah definisinya tentang ujub. Ia mengatakan, “Ujub adalah kau anggap banyak amalmu dan kau anggap sedikit amal manusia atau amal selainmu.”

Ujub atau al-‘ujbu secara bahasa berarti kebanggaan (azzahwu) atau kesombongan (al-kibr). Istilah ini memiliki akar kata yang sama dengan al-‘ajabu atau atta’ajjub (heran, takjub, kagum), yaitu ‘ajiba-ya’jabu-‘ajaban. Dengan demikian, ujub secara etimologi adalah kekaguman, ketakjuban atau kebanggaan pada diri sendiri (u’jiba bi nafsihi).

Kebanggaan pada diri sendiri (ujub) oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dikategorikan dalam muhlikât (hal-hal yang membinasakan). Baginda صلى الله عليه وسلم bersabda:

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Artinya, “Tiga perkara yang membinasakan: 1) Rasa pelit (kikir) yang ditaati, 2) Hawa nafsu yang diikuti, dan 3) Bangganya seseorang terhadap diri sendiri (ujub).” (HR. At-Thabarani).

Ketika seseorang memandang banyak amalnya sendiri, dan menganggap amal orang lain sedikit atau kalah dengannya, ia sedang berada dalam kesombongan, sebagaimana Iblis yang menolak perintah sujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam dengan mengatakan, “Ana khairun minhu” (aku lebih baik dari Adam). Penolakan dan ucapan yang membuatnya terusir dari syurga, karena di dalam syurga tidak pantas ada orang yang berlaku sombong. Allah berfirman:

فَٱهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ

Artinya, “Turunlah kamu dari syurga, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, sesungguhnya kamu termasuk dalam golongan yang hina.” (QS Al-A’raf: 13).

Ujub adalah penyakit diri yang berbahaya, bisa membuat seseorang menjadi gemar menilai amal orang lain, dan memandang rendah kepadanya. Karena ujub, seseorang cenderung memandang dirinya lebih baik dari orang lain, dan merasa amalnyalah yang terbanyak di antara manusia.

No comments:

Post a Comment