Saturday, November 23, 2019

Bagaimana Rindu Kepada Allah Dan Kematian?

Ibn Sa’ad رضى الله عنه dalam Ath-Thabaqat dan Imam Al-Baihaqi رضى الله عنه dalam Asy-Syu’ab menuturkan bahawa Sayyidina Abu ad-Darda رضى الله عنه berkata, "Aku mencintai kemiskinan sebagai wujud sikap tawadhu' kepada Tuhanku. Aku mencintai kematian sebagai wujud kerinduanku kepada Tuhanku. Aku pun mencintai sakit sebagai penghapus kesalahanku.”

Imam Sahal ibn Abdillah at-Tustari قدس الله سره pernah mengatakan, "Tidak ada yang mengharapkan kematian kecuali 3 orang, yakni : orang yang tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian, orang yang lari dari takdir Allah, atau orang yang rindu dan mengharapkan pertemuan dengan Allah.”

Hayyan Ibn al-Aswad 
رضى الله عنه mengatakan, "Kematian itu adalah jambatan yang menghubungkan antara seorang kekasih dengan Kekasihnya.” Abu Utsman رضى الله عنه menuturkan, "Tanda kerinduan (kepada Allah) adalah kecintaan pada kematian.”

Sebagian ulama mengatakan, "Sesungguhnya para pecinta akan merasakan manisnya kematian pada saat kemunculannya. Saat itu, terbukalah bagi mereka bahwa rahmat kematian itu lebih manis daripada kehidupan.”

Ibn Asakir 
رضى الله عنه menuturkan bahwa Dzunnun al-Misri رضى الله عنه pernah mengatakan, "Kerinduan itu berada di posisi dan derajat tertinggi. Jika seorang hamba telah mencapainya, dia akan melangkah menuju kematian; sebagai wujud rasa rindunya kepada Tuhannya serta rasa cintanya pada pertemuan dan perjumpaan langsung dengan Tuhannya.”

[ Disadur dari kitab Syarh ash-Shudur bi Syarh Hal al-Mawta wa al-Qubur, Imam Jalaluddin as-Suyuthi 
رضى الله عنه ]



No comments:

Post a Comment