Seorang mukmin, pertama-tama, menunaikan yang wajib. Bila ia telah menunaikan
yang wajib, maka ia menunaikan yang sunnah. Bila ia telah menunaikan keduanya,
maka ia menunaikan yang tambahan. Nah, bila seseorang belum melaksanakan yang
wajib, sedang ia melaksanakan yang sunnah, maka hal itu merupakan kebodohan,
takkan diterima dan ia akan hina. Ia seperti orang yang diminta untuk mengabdi
kepada raja, namun ia tak mengabdi kepadanya, tapi ia mengabdi kepada hamba sang
raja yang berada di bawah kekuasaannya. Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali كرم الله وجهه, putera Abu Thalib, bahawa Nabi Suci ﷺ berkata : "Ibarat tentang orang yang menunaikan yang
sunnah, padahal ia belum menunaikan yang wajib, ialah seperti wanita hamil yang
keguguran di kala akan melahirkan. Dengan demikian, ia tak hamil lagi dan tak
jadi menjadi ibu."
Begitu pula dengan orang yang beribadah, yang Allah
tak menerima penunaiannya akan yang sunnah, sebelum ia menunaikan yang wajib.
Hal ini juga seperti usahawan yang takkan mendapatkan keuntungan apa pun sebelum
ia mengelola modalnya. Begitu pula dengan orang yang menunaikan yang sunnah,
yang takkan diterima jerih payahnya itu, sebelum ia menunaikan yang wajib.
Begitu pula dengan orang yang mengabaikan yang sunnah, dan menunaikan hal-hal
yang tak ditentukan oleh aturan apa pun. Nah, di antara kewajiban-kewajiban itu
ialah penjauhan dari yang haram, dari mengabaikan ketentuan-Nya, dari dari
menimpali suara manusia, dari mengikuti kehendak mereka, dari berpaling dari
perintah Allah, dan dari ketakpatuhan kepada-Nya. Nabi ﷺ bersabda : "Tiada
kepatuhan, selagi masih berbuat dosa terhadap Allah."
No comments:
Post a Comment