Orang harus berupaya meniadakan hal-hal ini dari hatinya, dan mempersiapkan diri untuk meniadakan semua ini dan mensirnakannya dari jiwa, dan berupaya bersenang dalam peluruhan dan kemiskinan, sehingga tiada lagi di dalam hatinya kesenangan mengisap biji kurma, sehingga pematangannya dari kehidupan duniawi menjadi suci.
Bila ia telah menyempurnakannya, segala dukacita hatinya dan kecemasan benaknya akan sirna, dan datanglah kepadanya kesenangan, kehidupan yang baik dan keintiman dengan Allah, sebagaimana dikatakan oleh Nabi ﷺ : "Mengabaikan dunia menimbulkan kebahagiaan hati dan jasmani."
Tapi selama masih ada di dalam hatinya kesenangan kepada dunia ini, maka dukacita dan ketakutan tetap bersemayam di dalam hatinya, dan kehinaan mengiringnya, begitu pula keterhijaban dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung, oleh tabir tebal yang berlipat-lipat. Semua ini tak beranjak, kecuali melalui kecintaan akan dunia ini dan pemutusan darinya.
Ia harus mengabaikan kehidupan akhirat, agar tak menghendaki kedudukan dan darjat tinggi, pembantu-pembantu cantik, rumah-rumah, kenderaan, pakaian, hiasan, makanan, minuman, dan hal-hal lain sejenisnya, yang disediakan oleh Allah Yang Maha Besar bagi hamba-hamba beriman-Nya.
Maka janganlah cuba mendapatkan balasan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. Maka Ia kan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai kurnia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna, dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap yang tak terlihat oleh mata, yang tak terdengar oleh telinga, dan yang tak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tak dapat difahami dan tak dapat dijelaskan.
No comments:
Post a Comment