Wednesday, March 27, 2019

FUTUHUL GHAIB - Risalah 9

Kehendak-Nya terwujud, secara kasyaf (penglihatan ruhani) dan musyahadah (pengalaman-pengalaman ruhani), pada para wali dan badal, yang tak terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk : Jalal (Keagungan), dan Jamal (Keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah ﷺ shalat, dari hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel, kerana intensiti ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau akan Kekuasaan dan Kebesaran-Nya. Diriwayatkan bahawa pilihan Allah, Nabi Ibrahim عليه سلم dan Umar sang Khalifah رضى الله عنه, juga mengalami keadaan yang serupa.

Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan refleksi-Nya pada hati manusia yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan kurnia-Nya, maqam yang tinggi, dan keakraban dengan-Nya - yang kepada-Nya segala urusan mereka kembali - dan atas takdir yang telah ditetapkan-Nya jauh di masa lampau. Inilah kurnia dan rahmat-Nya, dan pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini dilakukan agar mereka tak melampaui kadar cinta yang layak dalam keinginan mereka akan hal itu, dan kerananya, hati mereka takkan berputus asa, kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka lembut, kerana Dia bijaksana, mengetahui, lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahawa Nabi  sering berkata kepada Hadhrat Bilal sang muadzin : "Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami," Maksud Baginda ﷺ, hendaklah ia serukan azan agar Baginda  bisa shalat, guna merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi  bersabda : "Dan mataku sejuk, bila aku shalat."


No comments:

Post a Comment